PERKEMBANGAN MORAL
1.
Hakekat Moral
Dewey mengatakan bahwa moral
sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila (Grinder, 1978 dalam
Asri Budiningsih, 2004). Sedangkan Baron, dkk (1980) mengatakan bahwa moral
adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan
salah atau benar. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang
betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang bernilai secara moral
(Magic-Suseno,1987 dalam Asri Budiningsih 2004).
2.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral
adalah perubahan penalaran, perasaan dan perilaku tentang standar benar dan
salah. Dimensi perkembangan moral ini membahasa tentang penalarn moral,
perasaan moral, perilaku moral dan kepribadian moral.
3.
Tahapan Perkembangan
Moral
Piaget menyimpulkan bahwa anak melewati 2 tahap yang berbeda
dalam cara mereka berpikir tentang moralitas.
a.
Moralitas Heteronom (4-7 tahun), pada tahap ini anak
berpikir bahwa keadilan dan peraturan adalah property dunia yang tidak bisa
diubah dan tidak bisa dikontrol oleh orang.
b.
Moralitas Otonom, pada tahap ini anak sadar bahwa aturan dan
hukum dibuat oleh manusia dan ketika menilai sebuah perbuatan mereka
mempertimbangkan niat dan juga konskuensinya.
Kohlberg
menggambarkan 3 tingkatan penalaran tentang moral, dan setiap tingkatannya
memiliki 2 tahapan.
a.
Penalaran Prakonvensional, terdiri dari tahap Moralitas heteronom dan Individualism, tujuan
instrumental, dan pertukaran.
b.
Penalaran Konvensional, terdiri dari Ekspektasi
interpersonal mutual dan Moralitas
sistem social.
c.
Penalaran Pascakonvensional, terdiri dari Kontrak atau
utilitas social dan hak individu dan Prinsip Etis Universal.
4.
Factor-faktor Yang
Berpengaruh Pada Perkembangan Moral
Beberapa factor yang
member pengaruh pada perkembangan moral anak yaitu: keluarga, lingkungan, budaya/kebudayaan, interaksi
sosial
(teman sebaya).
Kohlberg
dan piaget percaya bahwa hubungan dengan teman sebaya adalah bagian terpenting
dari stimulus social yang akan mengembangkan penalaran moral mereka. Hubungan
memberi dan menerima yang bersifat mutual
dengan teman sebaya memberikan kesempatan bagi anak untuk mengambil peran
dan memberikan anak kesempatan merasakan bahwa peraturan dibuat dengan cara
yang demokratis. Sedangkan orang dewasa memiliki karakteristik untuk cenderung
memaksakan aturan terhadap anak.
5.
Usaha Dalam
Meningkatkan Penanaman Moral Anak
Beberapa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penanaman
moral pada anak yaitu: pembelajaran agama sejak dini, pendidikan karakter,
metode bernyanyi, metode karya wisata, bermain peran (rolle playing), dan yang terpenting adalah teladan.
KOMENTAR:
Moral berisi hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila tentang baik dan buruk. Kohlberg dan Piaget mengatakan bahwa teman sebaya adalah factor utama pembentukan moral pada anak, dengan mengesampingkan factor orang tua.
Saya kurang sependapat dengan pendapat tersebut. Factor orang tua memberi pengaruh penting, karena mereka sebagai tauladan dan model bagi anak. Orang tua sebagai penanam moral pertama dan utama anak.
Seiring perkembangan zaman, faktor tekhnologi, budaya dan teman sebaya memberi pengaruh yang juga besar dalam pembentukan moral anak tetapi bukan factor utama. Penggunaan metode tauladan dan pembiasaan merupakan hal yang utama dalam proses pembentukan dan pertumbuhan moral pada anak.
Proses
pembentukan moral ini akan semakin mantap apabila ditunjang dengan penggunaan
pendidikan karakter di sekolah, dengan kolaborasi yang baik antara lingkungan
keluarga dan sekolah diharapkan akan mengatasi permasalahan moral yang banyak
terjadi.
Link Tulisan Perkembangan Anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya