Model Pembelajaran Beserta Sintaksnya -
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Inti dari model
pembelajaran langsung adalah
guru mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan keterampilan tersebut selangkah
demi selangkah kepada siswa. Teori
pembelajaran yang melandasi model ini adalah teori Behavioristik (pemodelan
tingkah laku) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, belajar
dapat dilakukan melalui pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan pengalaman orang
lain. Sebagai contoh untuk dapat mengukur panjang dengan jangka sorong, siswa
dapat belajar dengan menirukan cara
mengukur panjang dengan jangka sorong yang dicontohkan oleh guru.
Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini terutama adalah
1.
Penguasaan
pengetahuan prosedural, pengetahuan bagaimana
melakukan sesuatu misalnya mengukur panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal yang
terkait dengan hukum kekekalan energi, dan menimbang benda dengan neraca Ohauss,
2.
Penguasaan pengetahuan
deklaratif, pengetahuan tentang sesuatu
misal nama-nama bagian
jangka sorong, pembagian skala
nonius pada micrometer sekrup, dan fungsi bagian-bagian neraca Ohauss),
3.
Keterampilan
belajar siswa misal menggarisbawahi kata
kunci, membuat peta konsep, membuat laporan hasil pengamatan, dan membuat
rangkuman).
Tabel 2.
Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase-fase |
Perilaku Guru |
Fase
1 Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa |
Menjelaskan
informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa
untuk belajar |
Fase 2 Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan |
Mendemonstrasikan
keterampilan yang benar atau menyajikan tahap demi tahap |
Fase 3 Membimbing
pelatihan |
Merencanakan
dan memberi bimbingan pelatihan awal |
Fase 4 Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik |
Mengeek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan |
Fase 5 Memberikan
pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan |
Mempersiapkan
kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari. |
Sumber: Aqib
(2013:11)
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)
Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah guru menghadapkan siswa
pada situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan bermakna, memfasilitasi siswa
untuk memecahkannya melalui penyelidikan/inkuiri dan kerjasama, memfasilitasi
dialog dari berbagai segi, merangsang siswa untuk menghasilkan karya pemecahan
dan peragaan hasil. Rasional
teoritik yang melandasi
model ini adalah teori konstruktivisme Piaget dan Vigotsky,
serta teori belajar penemuan dari Bruner.
Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer dari
guru ke siswa seperti menuangkan air dalam gelas, tetapi siswa mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya melalui proses
intra-individual asimilasi dan akomodasi (menurut Piaget) dan proses inter-individual atau sosial (menurut
Vigotsky). Menurut Bruner belajar yang sebenarnya terjadi melalui penemuan,
sehingga dalam proses pembelajaran hendaknya banyak menciptakan peluang-peluang
untuk aktivitas penemuan siswa.
Tujuan yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah
keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi
kehidupan nyata, membentuk pembelajar yang otonom dan mandiri.
Tabel 3.
Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase-fase |
Perilaku Guru |
Fase
1 Orientasi
siswa kepada masalah |
Menjelaskan
tujuan, menyediakan media yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat aktif
pemecahan masalah yang dipilih |
Fase 2 Mengorganisasikan
siswa untuk belajar |
Membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut |
Fase 3 Membimbing
penyelidikan individu dan kelompok |
Mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah |
Fase 4 Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya |
Membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, atau model dan berbagi tugas dengan teman |
Fase 5 Menganalisa
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah |
Mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari meminta kelompok untuk
presentasi hasil kerja |
Sumber: Jumadi
(2003:7)
2.1.1
Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Inti model pembelajaran koperatif adalah siswa belajar dalam kelompok-kelompok
kecil, yang anggota-anggotanya memeliki tingkat kemampuan yang berbeda
(heterogen). Dalam memahami suatu bahan pelajaran dan menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerjasama sampai seluruh anggota menguasai
bahan pelajaran tersebut. Dalam variasinya ditemui banyak tipe pendekatan
pembelajaran kooperatif misalnya STAD (Student Teams Achievement Division),
Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan Pendekatan Struktural.
Rasional teoritik yang
melandasi model ini adalah teori konstruktivisme Vigotsky yang menekankan
pentingnya sosiokultural dalam proses belajar seperti disebutkan di awal, dan
teori pedagogi John Dewey yang menyatakan bahwa kelas seharusnya merupakan
miniatur masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar kehidupan
nyata. Guru seharusnya menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem
sosial yang bercirikan demokrasi dan proses ilmiah.
Tujuan yang dapat dicapai
melalui model pembelajaran ini adalah hasil belajar akademik yakni penguasaan
konsep-konsep yang sulit, yang melalui kelompok koperatif lebih mudah dipahami
karena adanya tutor teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang
sama. Disamping itu hasil belajar keterampilan sosial yang berupa keterampilan koperatif
(kerjasama dan kolaborasi) juga dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini.
Tabel 4. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase |
Perilaku
Guru |
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa |
Menyampaikan semua tujuan yang
ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi belajar siswa |
Fase 2 Menyampaikan informasi |
Menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan |
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar |
Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien |
Fase 4 Membimbing kelompok belajar dan bekerja |
Membimbing kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas mereka |
Fase 5 Evaluasi |
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau meminta kelompok presentasi hasil kerja |
Fase 6 Memberikan penghargaan |
Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu/kelompok |
Sumber: Aqib (2013:12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya