- SPECIAL -
Kansa Izzati A.
‘Kata semua teman jalananku, aku paling sempurna. Kak
Nadin dan Kak Fani, bukankah mereka punya kekurangan?. Namun kenapa malah aku
yang dikucilkan?. bukankah seharusnya aku yang disayang?. dunia ini sungguh
tidak adil!’. Itulah yang
ada di pikiran Rano ketika melihat kedua kakak-nya di peluk Ayah.
Rano mungkin tidak pernah berfikir apa yang dirasakan
kedua kakak-nya itu. Terutama Kak Nadini. Kak Nadini-lah yang menyelamatkan
Rano kecil ketika mereka memungut sampah di TPA JAtimulyo, lokasinya ada di
bantaran kali gang keramik. Dekat dengan kuburan. Ya, keluarga Rano adalah
keluarga yang ada pada garis kemiskinan. Ketika itu, Kak Nadini si sulung
sedang menggendong Rano kecil. Sambil menggendong Rano, Kak Nadini memungut sampah.
Waktu itu, Bunda sakit. Ayah harus tetap dirumah
kardus untuk menjaga Bunda. Kak Fania kala itu masih umur 4 tahun. Jadi
terpaksa Kak Nadini yang menjaga Rano kecil. Kak Nadini waktu itu hendak ke
seberang jalan untuk mengambil sampah botol. Tiba tiba sebuah motor melaju
cepat dari arah berlawanan. Kak Nadini memeluk Rano, dan berusaha menuju jalan
tadi. Sangking paniknya, Kak Nadini tersandung dan jatuh. Kaki Kak Nadini
mengenai bagian motor. Sayangnya, jalan itu sepi. Tidak ada yang membantu kak
Nadini. Namun Kak Nadini tak menyerah. Ia menggendong Rano kecil yang menangis.
Lalu perlahan Kak Nadini berusaha berdiri. Berjam jam, akhirnya sampai juga Kak
Nadini di rumah.
Malam itu, adalah malam yang indah. Bintang memenuhi
langit yang indah. Rano menggunting celengan miliknya yang terbuat dari kardus.
Banyak sekali uang Rano di celengan itu. Uang itu ia dapatkan dari hasil
kerjanya memunguti sampah. Rano ter kagum kagum melihat uangnya. Sejak dulu, ia
simpan celengan itu untuk sekolah. Rano berlari menuju tempat Ayahnya berada.
Namun sesampainya di tempat tujuannya, Rano melihat Ayah tertawa bersama Kak
Fania. Samar samar Rano mendengar percakapan mereka.
“Fani, jika kamu bisa melihat lagi dan sempurna. Maka
Ayah ingin bisa mewujudkan seluruh keinginanmu. Namun jika kamu tidak bisa
kembali, maka Ayah akan beri seluruh kasih sayang Ayah untukmu” kata Ayah
sembari tersenyum dan melihat bintang dilangit.
“Fani tidak butuh semua itu Ayah. Fani hanya butuh
keluarga Fani. Fani ingin Ayah tetap memeluk Fani. Kapanpun” jawab Kak Fani.
“Kalau begitu, kemarilah. Ayah akan tetap memelukmu!”.
Dan benar saja. Ayah memeluk Kak Fania. Rano menunduk.
‘Apa kata Ayah tadi?. kenapa harus menunggu Kak Fani
sempurna?. aku saja sudah sempurna. Namun…’ pikir Rano.
Rano tak kuasa lagi menahan tangisnya. Ia menjatuhkan
celengannya. Lalu pergi menjauh dari rumah. Pergi menjauh. Hingga bayangnya tak
terlihat.
‘Aku akan pergi!. Kemanapun!. Selain rumaku!’ pikir Rano. Ia tetap berlari tanpa melihat arahnya
pergi. Kak Nadini yang melihat kejadian itu tak bisa mengejar Rano. Tongkatnya
sedang dicuci Bunda.
Kembali ke Rano…
Rano kemudian teringat salah satu teman jalanan-nya.
‘SAKA!’. Mungkin teman-nya yang satu ini bisa membantunya. Saka tinggal di
sawah di daerah Candi Panggung. Jadi tidak terlalu jauh.
Namun, sesampainya dirumah Saka, ia hanya melihat
tanah lebar terbentang luas. Rano baru teringat. Rumah Saka sering digusur.
Karena di daerah Candi Panggung banyak pertokoan dan tempat makan. Lagi- lagi
rumah Saka digusur untuk membangun tempat makan baru. Namun tanah itu masih
sepi. Mungkin para pekerjanya akan mulai bekerja esok pagi.
“JAHAT!”. Rano hanya bisa ber-teriak. Sekencang
kencangnya. Sambil meremas tanah yang ada di bawahnya. Menendang tanah. Hingga
Rano sendiri terjatuh. Kesabarannya hilang. Rasa iri seakan memenuhi tubuhnya.
Rasa kehilangan pun mengaliri tubuhnya.
“Saka?” ucap Rano lirih. Rano kembali menendang tanah.
Lalu tak sengaja ia menemukan sebuah buku. Rano seperti pernah melihat buku
ini. Lalu ia teringat ketika masa kecil nya dengan Saka.
“Rano, jika salah satu dari kita pergi, ikutilah peta
ini. Kamu harus berjanji. Karena tempatnya menunjukkan tempat dimana album kita
berada. Sengaja akan ku-kubur. Karena mungkin saja kita berpisah saat besar
nanti. Inilah albumnya. Sekarang yuk kita kubur!” ucap Saka bertahu tahun lalu.
Slide memori Rano tentang itu seakan berulang ulang.
Ia memeluk album itu. ‘Sekarang hanya ini yang kupunya’ kata Rano dalam
hati.
Sementara
dirumah Rano…
“Nadin, ada apa denganmu nak?’ tanya Ayah lembut
sembari mengusap kepala Kak Nadini lembut.
“Apa kau mengantuk?. Jika mengantuk, mari Ayah tuntun
kau ke kamar” kata Ayah lagi.
“Rano mana Ayah?” tanya Kak Nadini.
Ayah tersenyum. Kemudian berkata. “Mungkin sudah tidur
dikamar”.
“Aku serius Yah, dimana Rano?” tanya Kak Nadini dengan
nada yang lebih tinggi.
“Mungkin dikamar. Kalau mau bertemu dengannya, ini
tongkatmu sudah dicuci.
“Ayo!”
jawab Ayah. Tanpa berkata lagi, Kak Nadini meraih tongkatnya dan berjalan cepat
menuju jalur yang dilalui Rano. Ayah yang kebingungan pun akhirnya segera
mengejarnya.
“Apa yang terjadi?. Mau apa kamu keluar malam malam
begini?” tanya Ayah.
Kak Nadini akhirnya bercerita. Seluruh kejadian yang
ia tau secara detail. Ayah terbelalak mendengar cerita Kak Nadini. Ia segera
menggendong Kak Nadini. Dan berlari. Karena ia tau Kak Nadini tidak mungkin
berlari.
Rano…
Diam dan tertidur di tanah kosong memeluk buku. Tiba
tiba ada seseorang yang menggoyangkan tubuhnya. “Dek, jika mau tidur jangan
disini. Tempat ini mau dipakai bekerja” kata seseorang yang mengenakan baju
khusus berwarna merah. Rano pun segera pindah.
Setelah berjalan jauh, Rano akhirnya menumpang tidur
di depan pertokoan. Disana ada banyak orang yang juga menumpang tidur. Dan
salah satunya adalah..
“SAKA!” teriak Rano.
“Rano,sedang apa kau disini?. bukankah kau punya rumah
kecil?” tanya Saka.
“Ada sesuatu yang ingin ku ceritakan”. Rano bercerita
sedetail detailnya. Saka berkata pada Rano.
“Kau masih beruntung Rano. Kamu mempunyai keluarga
yang sempurna” kata Saka.
“Sempurna apanya?. bukankah aku sudah bilang kalau
kakak kakak ku tidak sempurna?” tanya Rano bingung.
“Rano, sebenarnya, mereka sempurna. Keluargamu utuh.
Tidak seperti keluargaku. Tanpa keluarga yang utuh, kamu akan hidup dalam
lubang kehilangan. Mereka sebenarnya sayang padamu. Coba kau buka album kita
halaman 10. Waktu itu kau masih ingat cerita itu” kata Saka.
Rano langsung membacanya. Tentang cerita betapa sayang
Kak Nadini padanya. Ya, itu cerita kecelakaan waktu itu.
“Saka, aku harus pulang!” kata Rano pada Saka. Mereka
berpelukan, lalu Rano pergi dan Saka melambaikan
tangannya.
Rano berlari menuju jalurnya tadi. Di perlimaan jalan,
Rano bertemu Ayah dan Kak Nadini. Mereka berpelukan,
Rano menangis. Kini ia merasa spesial, karena keluarga
yang ia punya pun spesial. Seberapapun cobaannya, Rano akan mengutamakan
keluarganya. Karena keluarganyalah yang paling spesial.
PROFIL
Nama : Kansa Izzati Adine
Kelas :
4 SD
Umur : 10 tahun 4 bulan
Subhanalloh...
BalasHapuswalhamdulillah..hhehe
Hapus