REVIEW JURNAL
The Development
and Problematic of
Social Studies
Education in Indonesia
Judul |
The Development and Problematic of Social Studies
Education in Indonesia |
Jurnal |
The Journal of Social Studies Education |
Volume |
Vol. 1 No. 1 |
Halaman |
1-9 |
Tahun |
2012 |
Penulis |
Nasution |
Reviewer |
Fauziah Rachmawati |
Dalam jurnal ini Penulis
menjelaskan tentang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pentingnya
pendidikan IPS, yaitu dalam pengembangan kemampuan siswa dalam berkehidupan
sosial bersama di masyarakat.
Pendidikan IPS sudah
dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1975. IPS dalam kurikulum 1975 diajarkan
dengan menggunakan model Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) yakni
pembelajaran yang lebih menekankan pada pencapaian tujuan. Pada hakikatnya,
dalam kurikulum sebelumnya (1968) karakteristik IPS sudah terlihat yakni pada
mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang memiliki kesamaan pada petunjuk
didaktik/metodik yang tercantum dalam kurikulum.
Selanjutnya, pada tahun
1984 lahirlah kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).. Dalam kurikulum ini
lebih menekankan pada proses, pendekatan pembelajaran IPS berubah dari teacher centered menjadi student centered.
Kurikulum selanjutnya
tahun 2004, yang dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan
kemudian menjadi kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini IPS diminta untuk merespon positif
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi guna meningkatkann relevansi
program dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik
Kurikulum baru lahir pada
tahun 2004, yang dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan
kemudian menjadi kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini IPS diminta untuk merespon positif
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi guna meningkatkann relevansi
program dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik. Akan tetapi keadaan di
sekolah-sekolah tidak sepenuhnya dapat dilakukan dan IPS masih cenderung
berdasarkan hafalan.
Melalui jurnal ini, penulis mengemukakan masalah
utama dalam pembelajaran IPS di Kurikulum 2006. Pada pembelajaran IPS pada
umumnya hanya menekankan pada pemahaman kognitif (berhenti pada tataran konsep dan materi) pada tiap mata
pelajaran, yang diperlukan untuk dapat
mengerjakan ujian. Penulis menjelaskan tujuan IPS yang sebenarnya bukan tentang
mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, tetapi bagaimana mengembangkan
kemampuan anak . tujuan akhirnya adalah penciptaan warna negara, individu yang
mampu melihat permasalahan yang ada dalam masyarakat melalui berbagai sudut
pandang (pendekatan multidisiplin ilmu) sehingga keputusan yang diambil adalah
keputusan bijak yang terbaik.
Berlandaskan Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 untuk menjawab permasalahan tersebut maka IPS disusun secara
sistematis dan terpadu dalam proses pembelajarannya (model terpadu). Sebuah
upaya yang dilakukan dengan cara mengembangkan bahan materi sebagaimana yang
ada dalam standar isi menjadi tema-tema yang dapat dijabarkan secara terpadu.
Dengan demikian, dengan model terpadu (model integrated dan model
connected/correlated) dapat melatih peserta didik dalam menggunakan segala
pengetahuan dasar IPS yang telah dipelajari dalam memecahkan masalah-masalah
sosial secara terpadu.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka
IPS disusun secara sistematis dan terpadu dalam proses pembelajarannya (model
terpadu). Pembelajaran yang menghubungkan standar kompetensi dari masing-masing
mata pelajaran yang saling berhubungan dalam satu payung yang dinamakan tema.
Tema yang diambil dapat berasal dari permasalahan yang sedang trend di masyarakat. Dalam jurnal ini
penulis menjelaskan dua jenis model pembelajaran terpadu yang dapat digunakan,
yaitu model model integrated
(keterpaduan) dan connected (terhubung).
Akan tetapi masih belum dapat diimoplementasiakn dnegan baik dalam
pelaksanaannya..
Dalam jurnal yang mengkaji tentang
pengembangan pendidikan IPS di Indonesia dan menganalisis permasalahan dalam
praktik pembelajaran di sekolah ini, Penulis menjelaskan secara runtut mulai dari
pertama kali diperkenalkannya IPS pada tahun 1975 hingga diberlakukannya IPS
saat ini (2006). Selain itu, penulis juga mendaftar permasalahan dalam
pembelajaran IPS yang ada di sekolah-sekolah seperti pembelajaran IPS yang
masih secara terpisah, difokuskan pada ranah kognitif yaitu diajarkan dengan
hafalan.
Tak hanya itu, Penulis juga memberi solusi
untuk mengatasi permasalahan yang ada yaitu dengan pembelajaran terpadu model integrated dan connected. Pembelajaran terpadu ini mengintegrasikan kompetensi
dari ilmu-ilmu social dalam satu payung yang disebut tema. Penulis belum
menuliskan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam masing-masing model
pembelajaran tersebut. Pemberian kelebihan dan kekurangan diharapakan dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk memilih dan model pembelajran yang
akan digunakan dalam pembelajaran IPS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya