ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI
A.
Kesalahan Berbahasa dan
Penyebabnya pada Bidang Fonologi
Fonologi adalah
cabang ilmu bahasa yang membahas masalah fonem dan segala hal yang terkait
dengannya. Fonologi adalah bidang dalam linguistic yang menyelidiki bunyi-bunyi
bahasa menurut fungsinya (alwi, dkk,2007:230). Sesuai dengan bidang itu,
kesalahan berbahasa pada daerah fonologi adalah kesalahan berbahasa yang
terkait dengan penggunaan fonem dan ejaan.
Kesalahan yang
dimaksud diantaranya terkait dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa.
Kesalahan pada daerah fonologi adalah kesalahan yang berhubungan dengan
pelafalan dan bunyi bahasa. (Pateda,1989:50)
Kesalahan dalam
melafalkan fonem-fonem yang diadopsi dari bahasa lain termasuk dalam kesalahan
bidang fonologi. Kesalahan itu di antaranya, pengucapan fonem dari bahasa Arab, Inggris, dan
lain-lain, yang dalam bahasa Indonesia fonem-fonem itu tidak ada. Contoh
kesalahan tersebut antara lain kesalahan ucapan pada kata vak > pak, insyaf > insaf, syarat >
sarat, syah > sah.
Kesalahan berbahasa
bidang fonologi meliputi kesalahan ortografis dan kesalahan pelafalan. Ortografi
berkaitan dengan penulisan dan kesalahan fonologi bahasa pasif. Sedangkan
kesalahan pelafalan lebih berkaitan dengan cara bunyi atau bunyi yang
dikeluarkan oleh manusia.
B.
Dasar-dasar Analisis Fonem.
Dasar-dasar
analisis fonem adalah pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk
menganalisis fonem-fonem suatu bahasa. Karena pokok-pokok pikiran tentang bunyi
ini berbentuk pernyataan-pernyataan yang lumrah atau maklum sehingga tidak
perlu dipersoalkan lagi, maka pokok-pokok pikiran itu bisa disebut
premis-premis.
1.
Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung
dipengaruhi oleh lingkungannya.
2.
Sistem bunyi suatu bahasa
berkecenderungan bersidat simetris.
3.
Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung
berfluktuasi.
4.
Bunyi-bunyi yang mempunyai
kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontras apabila berdistribusi
komplementer dan/atau bervariasi bebas.
5.
Bunyi-bunyi yang mempunyai
kesamaan fonetis digolongkan kedalam fonem yang berbeda apabila berkontras
dalam lingkungan yang sama atau mirip.
C.
Prosedur Analisis Fonem
Banyak variasi langkah yang
dilakukan para linguis dalam analisis fonem terhadap bahasa yang diteliti.
1.
Mencatat korpus data setepat
mungkin dalam transkripsi fonetis.
2.
Mencatat bunyi yang ada dalam
korpus data ke dalam peta bunyi.
3.
Memasang bunyi-bunyi yang
dicurigai karena mempunyai kesamaan fonetis.
4.
Mencatat bunyi-bunyi selebihnya
karena tidak mempunyai kesamaan fonetis.
5.
Mencatat bunyi-bunyi yang berdistribusi
komplementer.
6.
Mencatat bunyi-bunyi yang
bervariasi bebas.
7.
Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras
dalam lingkungan yang sama.
8.
Mencatat bunyi-bunyi yang
berkontras dalam lingkungan yang mirip.
9.
Mencatat bunyi-bunyi yang berubah
karena lingkungan.
10. Mencatat bunyi-bunyi dalam inventori fonetis dan fonemis
11. Mencatat bunyi-bunyi yang berfluktuasi.
12. Mencatat bunyi-bunyi selebihnya sebagai fonem tersendiri.
Analisi fonologi bertolak pada pengamatan real (apa adanya) terhadap
perilaku atau distribusi bunyi pada kata-kata yang diucapkan oleh penutur
bahasa yang bersangkutan. Jadi, bersifat deskriptif. Oleh karena itu,
penjelasan-penjelasan yang menyangkut bunyi dan variasi-variasinya selalu
berdasarkan posisi dan lingkungan.
D.
Kesalahan Penggunaan Huruf Pada
Fonologi Bahasa Pasif
1.
Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital
Kesalahan penggunaan huruf
kapital, didasarkan pada pokok-pokok penggunaan huruf kapital. Beberapa kaidah
penggunaan huruf kapital adalah sebagai berikut :
a.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
pada awal kalimat. Kesalahan penggunaan huruf kapital ini disebabkan oleh
adanya pelanggaran terhadap kaidah berikut, “ Huruf besar atau huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama pada kalimat yang berupa petikan langsung “.
Contoh :
Bentuk salah.
1)
Ibu bertanya, “kamu sudah
belajar?”.
2)
Ayah berkata, “sebelum bermain,
kerjakan dulu tugasmu!”
Bentuk benar
1)
Ibu bertanya, “Kamu sudah
belajar?”
2)
Ayah berkata, “Sebelum bermain,
kerjakan dulu tugasmu!”.
b.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
dalam penggunaannya sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan
hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan. Kesalahan berikut ini
dikarenakan ketidaksesuaian dengan kaidah berikut,”Huruf besar atau kapital
dpakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal
keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata ganti-Nya”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Tuhan akan menunjukkan jalan yang
benar bagi hamba-nya.
2)
Semoga Tuhan yang maha esa
merestui usaha kita.
Bentuk benar
1)
Tuhan akan menunjukkan jalan yang
benar bagi hamba-Nya.
2)
Semoga Tuhan Yang Maha Esa
merestui usaha kita.
c.
Kesalahan penggunaan huruf besar
sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, yang diikuti nama
orang. Kesalahan seperti ini terjadi disebabkan adanya pelanggaran terhadap
kaidah, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang”.
Contoh :
Bentuk Salah
1)
Orang yang berbaju merah itu
bernama haji lisma zulkarnain.
2)
Nabi terakhir umat islam adalah
nabi Muhammad.
Bentuk benar
1)
Orang yang berbaju merah itu
bernama Haji Lisma Zulkarnain.
2)
Nabi terakhir umat islam adalah
Nabi Muhammad.
d.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
pada penulisan bagian nama, seperti van, der, da, de, di, bin, dan ibnu. Bagian
nama itu seharusnya tidak ditulis dengan huruf besar. Hal ini sesuai dengan
kaidah, “Kata-kata van, der, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai
nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali kata-kata itu terletak
pada awal kalimat”.
Contoh :
Bentuk Salah.
1)
Saya sudah berkenalan dengan Van
Bron Kost.
2)
Murshid Bin Hasim sudah mendarat
di Yogyakarta.
Bentuk benar.
1)
Saya sudah berkenalan dengan van
Bron Kost
2)
Murshid bin Hasim sudah mendarat
di Yogyakarta.
e.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Kesalahan ini terjadi
karena pemakaian bahasa menulis nama bangsa, suku, atau bahasa menggunakan
huruf kecil. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah, “Huruf besar atau kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Di Indonesia terdapat suku jawa,
suku bugis, suku sunda, dan sebagainya.
2)
Bahasa resmi di Filipina disebut
bahasa tagalok.
Bentuk benar
1)
Di Indonesia terdapat suku Jawa,
suku Bugis, suku Sunda, dan sebagainya.
2)
Bahasa resmi di Filipina disebut
bahasa Tagalok.
f.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
pada penulisan nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Hal
ini sesuai dengan kaidah, “Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Aku lahir pada bulan januari.
2)
Tanggal 17 agustus adalah hari
proklamasi kemerdekaan indonesia.
Bentuk benar
1)
Aku lahir pada bulan Januari.
2)
Tanggal 17 Agustus adalah hari
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
g.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
pada penulisan bagian nama geografi. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Aku lahir pada bulan januari.
2)
Tanggal 17 agustus adalah hari
proklamasi kemerdekaan indonesia.
Bentuk benar
1)
Aku lahir pada bulan Januari.
2)
Tanggal 17 Agustus adalah hari
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
h.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
pada penulisan bagian nama resmi badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan
serta nama dokumen resmi. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan
serta nama dokumen resmi”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Mahasiswa-mahasiswa berdemonstrasi
di depan gedung dewan perwakilan rakyat.
2)
Semua anggota PBB harus mematuhi
piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Bentuk benar
1)
Mahasiswa-mahasiswa berdemonstrasi
di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat.
2)
Semua anggota PBB harus mematuhi
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
i.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
pada nama-nama buku dan sejenisnya Kesalahan ini sering terjadi pada penulisan
judul buku, majalah, dan surat kabar ketika hal itu ditulis dalam suatu
kalimat. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan,
kecuali kata partikel seper di, ke, dai, untuk, yang, yang tidak terletak pada
posisi awal”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Andrea Hirata adalah pengarang
novel laskar pelangi.
2)
Bacalah buku pedoman Umum Ejaan
Baasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Bentuk benar
1)
Andrea Hirata adalah pengarang
novel Laskar Pelangi.
2)
Bacalah buku pedoman Umum Ejaan
Baasa Indonesia yang Disempurnakan.
j.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
pada penulisan nama singkatan nama, gelar, dan sapaan. Hal ini sesuai dengan
kaidah, “Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama, gelar, dan sapaan, kecuali
gelar dokter”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Spesialis mata di rumah sakit umum
Surakarta adalah Dr. Andri.
2)
Mata kuliah analisis kesalhan
berbahasa diampu oleh prof. Wahyu.
Bentuk benar
1)
Spesialis mata di rumah sakit umum
Surakarta adalah dr. Andri.
2)
Mata kuliah analisis kesalhan
berbahasa diampu oleh Prof. Wahyu.
k.
Kesalahan penggunaan huruf kapital
sebagai huruf pertama pada hubungan kekerabatan. Hal ini sesuai dengan kaidah,
“Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, anda, kaka, adik, paman, dan
sebagainya yang dipakai kata ganti atau sapaan”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Spesialis mata di rumah sakit umum
Surakarta adalah Dr. Andri.
2)
Mata kuliah analisis kesalhan
berbahasa diampu oleh prof. Wahyu.
Bentuk benar
1)
Spesialis mata di rumah sakit umum
Surakarta adalah dr. Andri.
2)
Mata kuliah analisis kesalhan
berbahasa diampu oleh Prof. Wahyu
2.
Kesalahan Penggunaan Huruf Miring
Kesalahan penggunaan huruf
miring merupakan kesalahan dalam menuliskan kata atau komponen kalimat yang
seharusnya digunakan huruf miring, tetapi digunakan huruf tegak atau sebaliknya.
Beberapa kaidah penggunaan huruf miring dilanggar, sehingga terjadi kesalahan.
a.
Kesalahan penggunaan huruf miring
untuk penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar. Hal ini sesuai dengan kaidah,
“Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam karangan”. Bentuk kesalahan yang diapit oleh dua
tanda petik, tanda petik tunggal, ada yang digaris bawah, dan ada yang ditulis
huruf kapital.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Buku Nagarakertagama dikarang oleh
Empu Prapanca.
2)
Anak remaja senang membaca majalah
“ANEKA”
Bentuk benar
1)
Buku Nagarakertagama dikarang oleh Empu Prapanca.
2)
Anak remaja senang membaca majalah
Aneka
b.
Kesalahan penggunaan huruf miring
untuk penegasan atau pengkhususan. Kesalahan ini terjadi karena pelanggaran
terhadap pedoman yang tertuang pada Ejaan yang Disempurnakan berikut, “Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata atau kelompok kata”
Contoh :
Bentuk salah
1)
Huruf pertama dalam kata burung
adalah b.
2)
Andri menjadi buah bibir di
desanya.
Bentuk benar
1)
Huruf pertama dalam kata burung adalah b.
2)
Andri menjadi buah bibir di desanya.
c.
Kesalahan penggunaan huruf miring
pada penulisan kata atau istilah asing. kaidah penggunaan ini adalah “Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menulis kata, nama ilmiah, atau ungkapan
asing kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Nama ilmiah padi adalah
orizasativa
2)
Ungkapan wilujeng rawuh dalam
bahasa Jawa berarti ‘selamat datang’.
Bentuk benar
1)
Nama ilmiah padi adalah orizasativa
2)
Ungkapan wilujeng rawuh dalam
bahasa Jawa berarti ‘selamat datang’.
E.
Kesalahan Penulisan Partikel,
Klitik, dan Lambang Bilangan
Kesalahan penulisan partikel
dan klitik kebanyakan terjadi karena penulis merangkai partikel yang seharusnya
ditulis terpisah atau menulis secara terpisah yang seharusnya ditulis
serangkai.
1.
Penggunaan partikel
a.
Kesalahan penulisan partikel –lah,
-kah, dan –tah. Kesalahan ini terjadi umumnya karena pemakaian bahasa menulis
secara terpisah yang seharusnya ditulis serangkai, karena seharusnya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Baca lah buku itu baik-baik.
2)
Siapa kah gerangan dia?
Bentuk benar
1)
Bacalah buku itu baik-baik.
2)
Siapakah gerangan dia?
b.
Kesalahan penulisan partikel pun. Kesalahan ini terjadi karena
partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Kaidahnya
berbunyi demikian “Partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya”
Contoh :
Bentuk salah
1)
Jangankan dua kali, satu kalipun
belum pernah ke rumahku.
2)
Jika ayah pergi, adikpun ingin
pergi.
Bentuk benar
1)
Jangankan dua kali, satu kali pun belum pernah ke rumahku.
2)
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi
Bentuk lazim yang ditulis serangkai adalah adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, dan walaupun.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Bagaimana pun juga akan dicobanya
menyelesaikan tugas itu.
2)
Walau pun masih miskin, is selalu
gembira.
Bentuk benar
1)
Bagaimanapun juga akan dicobanya
menyelesaikan tugas itu.
2)
Walaupun masih miskin, is selalu
gembira
c.
Kesalahan penulisan partikel per.
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau yang mengikutinya.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Pegawai negeri mendapat kenaikan
gaji per1 April
2)
Mereka masuk ke dalam rungan satu
persatu.
Bentuk benar
1)
Pegawai negeri mendapat kenaikan
gaji per 1 April
2)
Mereka masuk ke dalam rungan satu
per satu
2.
Penulisan klitik
Klitik merupakan penggalan
kata ganti, namun penulisannya tidak dapat dipisah dengan kata yang
mendampinginya. Bentuk yang dapat atau termasuk dalam klinik adalah satu-satuan
seperti –ku, -mu, -nya, dan kau-. Klitik dapat dibedakan menjadi dua yaitu
proklitik dan enklitik.
Proklitik adalah penggalan
kata ganti yang terletak di muka, misalnya –ku, pada kuambil dan kau- pada
kauambil. Sedangkan enklitik adalah penggalan kata yang terletak di belakang,
misalnya –ku pada rumahku dan –nya pada rumahnya.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Kalau mau, bolehlah kau ambil buku
itu.
2)
Jika kau terima cintaku, semua
hartaku boleh kau miliki.
Bentuk benar
1)
Kalau mau, bolehlah kauambil buku
itu.
2)
Jika kauterima cintaku, semua
hartaku boleh kaumiliki
3.
Penggunaan lambang Bilangan
a.
Kesalahan penulisan lambang
bilangan utuh. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Bilangan utuh ditulis
secara terpisah antara kata yang satu dengan kata yang lain”
Contoh :
Bentuk salah
1)
Duabelas
2)
Duapuluhdua
Bentuk benar
1)
Dua belas
2)
Dua puluh dua
b.
Kesalahan penulisan lambang bilangan pecahan.
Ketentuan yang harus diikuti adalah “Bilangan pecahan ditulis dengan huruf
tiap-tiap kata dan tanda garis miring (/) diganti kata per yang ditulis
serangkai dengan kata yang mengikuti”
Contoh :
Bentuk salah
1)
Tiga per empat
2)
Seper seratus
Bentuk benar
1)
Tiga perempat
2)
Seperseratus
c.
Kesalahan penulisan lambang
bilangan tingkat. Ketentuan yang harus diikuti adalah (1) urutan nama raja
ditulis dengan angka romawi besar, dan (2) bab/abad ditulis dengan angka romawi
besar atau ditulis dengan afiks ke- diikuti tanda hubung dan angka.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Paku Buwono 10
2)
pada awal abad 20
3)
dalam kehidupan pada abad 20 ini
4)
lihat Bab 2, Pasal 5
5)
dalam bab 2 buku itu
6)
di daerah tingkat 2 itu
7)
di tingkat dua gedung itu
8)
kantornya di tingkat 2 gedung itu
Bentuk benar
1)
Paku Buwono X
2)
pada awal abad XX
3)
dalam kehidupan pada abad ke-20
ini
4)
lihat Bab II, Pasal 5
5)
dalam bab ke-2 buku itu
6)
di daerah tingkat II itu
7)
di tingkat kedua gedung itu
8)
kantornya di tingkat II gedung itu
d.
Kesalahan penulisan lambang
bilangan yang mendapat akhiran. Penulisan lambang bilangan yang mendapat
akhiran –an mengikuti cara yang ditulis serangkai.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Tahun 1990 an atau lima puluh an
2)
Uang 5000 an atau uang lima ribu
an
Bentuk benar
1)
Tahun 1990-an atau lima puluhan
2)
Uang 5000-an atau uang lima ribuan
e.
Kesalahan penulisan lambang
bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kata. Ketentuan yang harus
diikuti adalah “Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti perincian dan pemaparan”
Contoh :
Bentuk salah
1)
Ayah memesan 300 ekor ayam
2)
Di antara tujuh puluh dua anggota
yang hadir, lima puluh dua orang setuju, lima belas orang tidak setuju, dan
lima orang memberikan suara blangko.
Bentuk benar
1)
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam
2)
Di antara 72 anggota yang hadir,
52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko
f.
Kesalahan penulisan lambang
bilangan pada awal kalimat. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Lambang bilangan
pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah
sehingga bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat paa awal kalimat”
Contoh :
Bentuk salah
1)
15 orang tewas dalam kecelakaan
itu
2)
Dua ratus lima puluh orang tamu
diundang Pak Darmo.
Bentuk benar
1)
Lima belas orang tewas dalam
kecelakaan itu.
2)
Tamu yang diundang Pak Darmo 250
orang
g.
Kesalahan penulisan lambang
bilangan besar. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Angka yang menunjukkan
bilangan utuh yang besr dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca”.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Ayah mendapat pinjaman 250.000.000
rupiah.
2)
Penduduk Indonesia lebih dari
120.000.000 orang
Bentuk benar
1)
Ayah mendapat pinjaman 250 juta
rupiah.
2)
Penduduk Indonesia lebih dari 120
juta orang
h.
Kesalahan penulisan lambang
bilangan angka dan huruf sekaligus. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali
didalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi”
Contoh :
Bentuk salah
1)
Kantor kami memiliki 20 (dua
puluh) orang pegawai.
2)
Di lemari tersimpan 805 (delapan
ratus lima) buku.
Bentuk benar
1)
Kantor kami memiliki dua puluh
orang pegawai.
2)
Di lemari tersimpan 805 buku.
i.
Jika bilangan dilambangkan dengan
angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Saya lampirkan tanda terima uang
sebesar Rp. 1.500.500,00 (Satu juta lima ratus lima ratus rupiah)
Bentuk benar
1)
Saya lampirkan tanda terima uang
sebesar Rp. 1.500.500,00 (Satu juta lima ratus ribu lima ratus rupiah)
F.
Kesalahan Penyukuan
1.
Kesalahan Penyukuan Kata yang
Bersuku Dua
Kaidah penyukuan di dalam
sebuah kata atau tulisan sering ditemukan dalam pergantian baris. Penyukuan kata
menggunakan kata hubung (-) yang akan memisahkan kata tersebut. Pada pergantian
baris tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir ujung baris. Tanda hubung
dipakai untuk memisahkan kata, baik terletak antara suku-suku kata tersebut
tanpa didahului atau diikuti spasi. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di bawah
ujung baris adalah hal yang keliru. Beberapa kaidah persukuan yang perlu kita
perhatikan sebagai berikut :
a.
Kesalahan Penyukuan Dua Vokal yang
Berurutan di Tengah Kata
Penyukuan dua vokal yang
berurutan atau penyukuan di tengah kata diletakkan di bagian kedua vokal
tersebut.
Contoh :
No |
Kata |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Lain |
La- in |
La-in |
2 |
Liar |
Li –ar |
Li–ar |
3 |
Terkait |
Terka -it |
Terka- It |
4 |
Permainan |
Perm- ainan |
Perma- inan |
5 |
Berdaun |
Berdau- n |
Berda- un |
Keterangan :
1)
tanda hubung diikuti spasi
2)
tanda hubung didahului spasi
3)
tanda hubung dibawah
4)
pemenggalan suku kata
5)
pemenggalan satu huruf saja di
pangkal baris
b.
Kesalahan Penyukuan Dua Vokal yang
Mengapit Konsonan di Tengah Kata
Pemisahan dua vokal yang
mengapit konsonan di tengah kata dilakukan sebelum konsonan.
Contoh :
No |
Kata |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Diseret |
Diser- et |
Dise- ret |
2 |
Ketenaran
|
Keten- aran |
Kete- naran |
3 |
Masam |
Mas- am |
Ma- sam |
4 |
Bersepatu |
Bersep- atu |
Berse- patu |
5 |
Bahasanya |
Bah- asanya |
Ba- hasanya |
Pemenggalan kata seharusnya
berada sebelum konsonan, bukan sesudah konsonan.
2.
Kesalahan Penyukuan Konsonan
Rangkap
Konsonan rangkap merupakan
satu kesatuan. Pemisahan terhadap konsonan rangkap ini tidak dapat berdiri atau
dipisah-pisah, melainkan harus menjadi satu. artinya, konsonan rangkap tidak
dapat dipisahkan. Walaupun secara ortografis (berdasarkan tulisan) wujudnya dua
konsonan, secara fonemis kedua konsonan itu merupakan lambang dari satu fonem.
Contoh :
No |
Kata |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Diseret |
Diser- et |
Dise- ret |
2 |
Ketenaran
|
Keten- aran |
Kete- naran |
3 |
Masam |
Mas- am |
Ma- sam |
4 |
Bersepatu |
Bersep- atu |
Berse- patu |
5 |
Bahasanya |
Bah- asanya |
Ba- hasanya |
Contoh :
No |
Kata |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Langit |
Lan- git |
La- ngit |
2 |
Minyak |
Min- yak |
Mi- nyak |
3 |
Bermasyarakat |
Bermas- yarakat |
Berma- syarakat |
4 |
Akhirnya |
Ak- hirnya |
Akhir- nya |
5 |
Akhlaknya |
Ak- hlaknya |
Akh- laknya |
3.
Kesalahan Penyukuan Dua Konsonan
Berurutan di Tengah Kata
Kesalahan ini adalah kesalahan
pada pemenggalan dua konsonan berurutan yang mestinya dilakukan di antara kedua
konsonan tersebut.
Contoh :
No |
Kata |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Maksud |
Ma- ksud |
Mak- sud |
2 |
Langsung
|
Langsu- ng |
Lang- sung |
3 |
Dicaplok |
Dica- plok |
Dicap- lok |
4 |
April |
Apr- il |
Ap- ril |
5 |
Kemerdekaan
|
Kemerd- ekaan |
Kemer- dekaan |
4.
Kesalahan Penyukuan Tiga Konsonan
atau Lebih di Tengah Kata
Jika di tengah kata terdapat
tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut dilakukan di antra konsonan yang
pertama (termasuk ng, ny, sy, dan kh) dengan yang kedua.
Contoh :
No |
Kata |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Abstrak
|
Abs- trak |
Ab- strak |
2 |
Konstruksi |
Konst- ruksi |
Kon- struksi |
3 |
Instansi
|
Ins- tansi |
In- stansi |
4 |
Bangkrut |
Bangk- rut |
Bang- krut |
5 |
Bentrok |
Bent- rok |
Ben- trok |
5.
Kesalahan Penyukuan Kata yang
Berimbuhan dan Berpartikel
Imbuhan (awalan dan akhiran)
termasuk yang mengalami perubahan bentuk, dan partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, dalam penyukuan kata dipisah sebagai satu
kesatuan imbuhan atau partikel.
Contoh :
No |
Kata |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Santapan |
Santa- pan |
Santap- an |
2 |
Mengukur |
Me- ngukur |
Meng- ukur |
3 |
Mengail |
Meng- ail |
Me- ngail |
4 |
Mengakui |
Me- ngakui |
Meng- akui |
5 |
Belajar |
Be- lajar |
Bel- ajar |
Pemisahan di atas harus
disesuaikan dengan kata dasarnya, sebagaimana terdapat pada kolom bentuk benar.
6.
Kesalahan Penyukuan Nama Orang
Penyukuan nama orang harus
dilakukan berdasarkan penggalan unsur nama, bukan suku kata-katanya dalam
pergantian baris.
Contoh :
No |
Kata |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Yuyun
Nailufar |
Yuyun
Nai- lufar |
Yuyun Nailufar |
2 |
Aa Isa
Ansori |
Aa Isa
An- sori |
Aa Isa Ansori |
3 |
Dadan
Nurzaman |
Dadan
Nur- zaman |
Dadan Nurzaman |
4 |
Imam
Kurnia |
Imam
Kur- nia |
Imam Kurnia |
5 |
Nur
Komari Pratiwi |
Nur
Koma- ri
Pratiwi |
Nur
Komari Pratiwi |
G.
Kesalahan Penulisan Penggabungan
Kata
1.
Kesalahan Penulisan Gabungan Kata
Bahasa Indonesia
Kata ditulis sebagai satu
kesatuan yang berdiri sendiri. Imbuhan (awalan, sisipan dan akhiran) pada kata
turunan dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Gabungan kata yang hanya
mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang bersangkutan
saja.
No |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Bertandatangan |
Bertanda
tangan |
2 |
Hancurleburkan
|
Hancur
leburkan |
3 |
Beritahukan
|
Beri
tahukan |
4 |
Lipatgandakan
|
Lipat
gandakan |
5 |
Menyebarluas
|
Menyebar
luas |
6 |
Ditanda
tangani |
Ditandatangani |
7 |
Pemberi
tahuan |
Pemberitahuan |
8 |
Mempertanggung
jawabkan |
Mempertanggungjawabkan |
9 |
Ketidak
adilan |
Ketidakadilan |
2.
Kesalahan Penulisan Gabungan Kata
dari Unsur Indonesia dan Asing
beberapa kosakata dalam
bahasa Indonesia diserap dari kata asing, baik dari Arab ataupun kosakata
serapan bahasa Inggris. Berdasarkan taraf intregasinya unsur pinjaman dalam
bahasa Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar.
a.
Unsur pinjaman yang belum
sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia.
Unsur-unsur ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti bentuk
asalnya.
Contoh : reshuffle dan
shuttle cock
b.
Unsur pinjaman yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam hal ini diusahakan
agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Contoh :
No |
Asal |
Setelah
disesuaikan |
1 |
Paal |
Pal |
2 |
Octaaf |
Oktaf |
3 |
C di
muka e, l, oe, dan y |
S |
4 |
Circulation
|
Sirkulasi
|
5 |
Description
|
Deskripsi
|
6 |
System |
Sistem |
Penulisan kata serapan ada
kalanya mengalami kesalahan. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa aspek. Salah
satunya adalah ketidakpahaman terhadap ejaan yang berlaku. Di bawah ini
disajikan contoh penggabungan kata yang terdapat unsur bahasa asing.
No |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Mohon
maaf lahir dan bathin |
Mohon
maaf lahir dan batin |
2 |
Hadhir |
Hadir |
3 |
‘amal
baik |
Amal
baik |
4 |
Benda
ghaib |
Benda
gaib |
5 |
Shobar |
Sabar |
6 |
Sangat
aktip |
Sangat
aktif |
3.
Kesalahan Penulisan Unsur Serapan
ada beberapa unsur serapan
dari bahasa asing yang dalam bahasa Indonesia tidak dapat berdiri sendiri.
a.
Kesalahan Penulisan unsur serapan
a, dasa, dan sub
1)
Unsur serapan a, misal asusila dan
amoral, dituliskan serangkai dengan kata yang mendampinginya. Unsur a tersebut
berarti ‘tidak’. Walaupun unsur tersebut memiliki arti sendiri, namun dalam
pemakaian dan penulisannya tidak pernah berdiri sendiri.
2)
Bentuk dasa, catur, sila, dwi,
ekstra dan lainnya.
No |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Catur
warga |
Caturwarga |
2 |
Dasa
wisma |
Dasawisma |
3 |
Dwi
purwa |
Dwipurwa |
4 |
Panca
sakti |
Pancasakti |
5 |
Sapta
pra setia Korpri |
Saptaprasetia
Korpri |
6 |
Sapta
lencana karya |
Saptalencana
karya |
7 |
Ekstra
kurikuler |
Ekstrakurikuler |
8 |
Ekstra
pramuka |
Ekstrapramuka |
b.
Kesalahan penulisan sub, pasca,
dan non
Kata sub, pasca dan non
ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti karena kata-kata tersebut tidak
pernah digunakan sebagai bentuk yang mandiri.
No |
Bentuk Salah |
Bentuk
Benar |
1 |
Sub
bagian |
Subbagian |
2 |
Pasca
revolusi |
Pascarevolusi |
3 |
Semi
profesional |
Semiprofesional |
4 |
Negara
non blok |
Negara
nonblok |
c.
Kesalahan penulisan maha dan peri
Kata maha dan peri ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, kecuali kata tersebut diikuti kata
yang bukan kata dasar atau diikuti kata esa.
Contoh :
Bentuk salah
1)
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
memberi anugerah kepada kita
2)
Semua persoalan kita serahkan
kepada yang Maha Tahu.
3)
Dalam melaksanakan tugas kita
harus memperhatikan perikemanusiaan dan perikeadilan.
4)
Ambilah peri bahasa yang sesuai
dengan maksudmu.
5)
Peri lakunya sangat tidak
menyenangkan.
Bentuk benar
1)
Semoga Tuhan Yang Mahakuasa
memberi anugerah kepada kita
2)
Semua persoalan kita serahkan
kepada yang Mahatahu.
3)
Dalam melaksanakan tugas kita
harus memperhatikan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
4)
Ambilah peribahasa yang sesuai
dengan maksudmu.
5)
Perilakunya sangat tidak
menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya