Kupu-Kupu Tanpa Suara
Fauziah Rachmawati
Di sebuah kebun yang rindang, hidup berbagai jenis kupu-kupu yang elok warnanya.. Ada yang berwarna, coklat, kuning, hijau, merah dan warna-warna campuran yang membuat makhluk kecil itu nampak semakin anggun.
Dan di antara jenis kupu-kupu itu, ada satu kupu-kupu yang paling cantik, dia adalah Maya. Kecantikannya ini membuat Maya terkenal. Namun keelokannya itu tak sebanding dengan hatinya.
Maya sangat sombong dan jarang mau bicara kalau tidak dengan hewan yang disukanya. Selain itu dia juga lebih suka mencari madu sendiri daripada berkumpul dengan teman-temannya.
“May, bagaimana sih caranya agar sayap kita selau bersih?” tanya Refa.
“Iya, trus biar warnanya tetap segar bagaimana? Beritahu dong tipsnya!” ujar Ratih.
Sayang, ketika ditanya seperti itu. Maya hanya diam dan terbang menjauh. Dia tak ingin teman-teman tahu rahasianya untuk tampil cantik setiap saat. Hal inilah yang membuat Maya mendapat julukan kupu-kupu tanpa suara. Karena mulutnya jarang sekali mengeluarkan kata.
Hingga pada suatu hari, ketika ia berjalan-jalan ke kebun bunga. Matanya tertuju pada kupu-kupu yang berwarna lebih indah dari miliknya. Kupu-kupu itu mempunyai campuran warna yang serasi. Ada benang-benag emas yang menghiasi sayapnya. Ditambah bulatan-bulatan kecil yang membuatnya semakin menarik.
Maya mencoba terbang mendekat, matanya mengamati hewan unik itu.
“Ah, dia adalah penduduk baru. Dan aku adalah kupu-kupu pertama mengetahui kedatangannya. Ini tidak boleh terjadi. Aku harus menyingkirkannya. Tidak ada yang boleh melebihi kecantikkanku.” batinnya.
Langkah awal yang dilakukannya adalah menyapa dan mengajaknya kenalan. Namun yang disapa hanya diam dan terbang menjauh mengikuti langkah anak perempuan berbaju merah.
“Hai, jawab dong! Akukan hanya ingin kenalan. Kenapa sih kamu selalu ikut anak kecil itu?” teriaknya. Tapi kupu-kupu cantik itu hanya diam dan tetap tersenyum.
Karena penasaran, dia mendekati sosok misterius itu, mencoba meraih sayapnya yang indah. Namun ulahnya itu tak membuat teman barunya mengeluarkan sepatah katapun. Dia tetap diam dan diam.
“Hai, tunggu aku! Kamu sombong sekali sih?” Maya semakin marah.
Tak lama kemudian, si pendiam yang ternyata adalah pita rambut itu masuk mobil bersama perempuan yang mengenakannya.
Usahanya untuk mencelakai kupu-kupu itu tak berhasil. Yang ada adalah rasa kecewa di hatinya.
“Apa dia tak punya mulut? Atau wanita itu melarangnya berbicara denganku? Tapi apa dia tak tahu, bagaimana perasaanku. Huh sebel! Beruntung sekali dia, bisa naik mobil mewah itu! Akukan juga ingin,” Maya kecewa diperlakukan seperti itu. Akhirnya dia terbang kembali.
“Hai maya, kenapa kok cemberut? tanya Ratih.
Tapi Maya hanya diam dan pergi meninggalkan Ratih. Sesaat kemudian dia baru sadar dengan apa yang dilakukannya.
“Jadi begini ya rasanya dicuekin,” batinnya.
“Trus mengapa aku malah seperti kupu-kupu sombong tadi. Ratih pasti sakit hati dengan sikapku barusan.” tambahnya.
Akhirnya Maya berbalik arah mengejar Ratih untuk minta maaf padanya. Dia berjanji tidak akan sombong dan selalu menjawab pertanyaan teman-temannya. Ternyata pertemuannya dengan ‘teman baru’ yang sombong itu mampu merubah sikapnya.
*Cerpen Anak | Kupu-Kupu Tanpa Suara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya