Sudah
8 hari murid-murid belajar di rumah. Menikmati kebersaman bareng keluarga, bebas
main, lebih dan lebih santai.
Gurunya
bagaimana? Kami kadang di sekolah, kadang di rumah. Orang tua? Ada yang work
form home, ada yang tetap bekerja. Pasti banyak warna warni cerita dari
guru, siswa, dan orang tua.
Kali ini saya akan sharing pengalaman saat wabah corona melanda.
Dimulai dari hari Minggu, 15 Maret 2020.
Malam
itu grup kelas heboh, bertanya apakah Senin masuk atau libur. Keputusan masing-masing
daerah berbeda. Surabaya dan Kediri libur. Malang bagaimana? Walimurid banyak
yang inbox. Saya hanya bisa menjawab menunggu keputusan Kepala Sekolah.
Melihat
kemungkinan bakal libur, saya packing dan berharap Senin beneran libur. Saya
masukan beberapa buku, snack, dan pakaian secukupnya. Sampai sekitar jam 21
lebih. Di grup belum ada keputusan, saya tertidur.
Senin, 16 Maret 2020
Pagi,
saya buka handphone di grup guru. Alhamdulillah ada info anak-anak libur. Saya forward
pesan ke grup kelas. Banyak ekspresi lega di walimurid.
Pengumuman
lain: guru tetap masuk. Saya pandangi tas yang saya packing semalam, hyaaaa
tidak jadi mudik heheh.
Saya
masuk kerja seperti biasa. Di sekolah kami membicarakan tugas untuk murid. Sharing
bentuk pengumpulan yang mudah untuk siswa. Ada beberapa alternatif, bisa
dikumpulkan saat masuk sekolah, via, wa bisa juga via gform.
Saya
diminta teman-teman untuk sharing pembuatan gform di sekolah. Bagi saya gform
adalah alat sederhana yang sangat membantu untuk guru berantakan model saya ini
heheh.
Di
gform, kita akan dibantu excel untuk merapikan tugas siswa. Data lampiran ada
di folder di gdrive. Beda jika menggunakan WA, kita menatap lekat inbox dan
foto gallery memilih memilah mana tugas, mana gambar meme, mana gambar hoax
hahaha. Namun karena belum semua
mengenal gform, jadi untuk awal terasa sulit.
Ok
balik di tugas untuk seminggu pembelajaran. Merangkainya di tuts-tuts laptop
kemudian mengirim ke grup kelas. Berikut tugas 1 minggu pertama kelas saya. Dengan
sedikit modifikasi hasil musyawarah bareng anak-anak dan walimurid.
Selasa, 17 Maret
Jalanan
Kepanjen-Malang lenggang. 24 km yang biasanya saya tempuh 50 menit, pagi itu
hanya 30-35 menit. Selama perjalanan terus berdoa, jangan sampai ada virus yang
nempel.
Sesampai
di sekolah, kami mempersiapkan tugas pengawas. Kata teman-teman semacam “akreditasi”.
Saya kebagian literasi. Namun karena berita wabah corona makin sengit, saat
mengerjakan tugas itu tak terlalu konsentrasi. Pikiran saya, saat genting
seperti ini semoga bisa berkumpul dengan ibu bapak di rumah.
Selain
nyicil tugas dari pengawas, kami juga aktif di grup wa. Mengecek tugas siswa. Alhamdulillah
pengumpulan via gform membantu sekali.
penampakan google drive |
isinya rapi, memudahkan penilaian |
Oiya,
sedikit cerita. Saya dimasukan salah satu murid ke grup “Tim Baik”. Ini grup Wa
yang bikin anak-anak dan saya diculik untuk ikut hahahihi bareng mereka. Di grup
ini ada yang pintar IT. Saya diskusi sama mereka. aplikasi apa yang pas. Mereka
nyambung euy. Kadang saya tercengang, anak kelas 4SD udah canggih. Dulu kemana saya
kelas 4SD? Masih main di sawah hahaha.
Rabu, 18 Maret 2020
Seperti
biasa, masuk kerja sambil mengecek tugas anak-anak via handphone. Sesekali bikin
video youtube nya anak-anak. Alhamdulillah pembuatan video ini sedikit
menghibur kegalauan.
Alhamdulillah sehari bisa dua kali updates youtube ^_^ |
Karena
wabah ini beberapa agenda mengisi acara, liputan, jadi juri, dan travelling
ditunda. Sedikit menghempaskan nafas saat sadar hal ini. Ya, semuanya demi kesehatan
dan keselamatan kita.
Alhamdulillah
kerja online sebagai influencer, buzzer, dan blogger terus jalan. Jadi rekening
masih terisi wkwkwk. Ya sebagai guru swasta dengan pendapatan jauh di bawah UMR
harus punya banyak pintu rezeki *ups.
Rabu,
semakin menggebu ingin pulang. Tak hanya saya, tapi beberapa teman apalagi saat
tersiar kabar dari Universitas Brawijaya yang positif Corona. Brawijaya dengan
sekolah saya hanya 5 menit gaesss.
Kamis, 19 Maret 2020
Pagi
ini ada kajian oleh Ustadz Khoiruddin di sekolah. Alhamdulillah moment ini pas
banget, bikin adem. Himbauan untuk tidak panik dan bagaimana sikap muslim
menghadapi virus ini. Ada cuplikan
kajian beliau yang saya share di sosmed.
Oiya
berita baiknya, besok kami libur. Yeaai.. alhamdulillah pulang ke rumah ortu di
Sumberpucung.
Sebelum
pulang, saya belanja beberapa oleh-oleh. belanja seperlunya dengancepat,
memakai masker, jaket, dan perlengkapan lain. Sampai rumah pakaian semua saya
cuci.
Saat
perjalanan ke rumah ortu, saya terus berdoa semoga tidak menjadi carrier. Mengingat
aktivitas saya di Malang. Sedih kan kalau kita menjadi penyebab sakitnya
orang-orang yang kita cintai.
Jumat, 20 Maret 2020
Bekerja
dari rumah. Membuat jadwal dan target. Hari pertama bekerja di rumah saya buat mengecek
pekerjaan murid, membaca buku, bikin video youtube, upload video, merancang
kelas maya, dan jadi admin kelas online bikin buku.
Selama
di rumah saya usahakan jam kantor tetap kerja. Meski pake daster dan mandinya
agak siangan hahaha.
Saya
bayangin bagaimana pekerja lain yang harus tetap masuk demi mencari nafkah. Kalau
nggak kerja gimana keluarga mau makan? Ya Allah. Semoga beliau-beliau ini sabar
dan sehat selalu. Tidak mudah untuk terus bekerja di luar. Karena dapur harus
mengepul.
Sabtu, 21 Maret 2020.
Sejak
hari Senin, sebenarnya saya kepikiran mau bikin kelas tatap muka dengan anak-anak.
Namuuuun, ada banyak ketakutan jika tidak diterima.
Untuk
melihat reaksi, saya coba menawarkan. Seperti yang saya duga, ada yang setuju
ada yang tidak. Wajar ini sangat wajar. Mengingat anak-anak tidak memiliki
handphone sendiri. Handphone dipakai orang tua kerja. Yes saya skip rencana
ini.
Sampailah
siang hari ada komen di grup. “Yuuuk Bu kita sosialisasi di zoom, tombo kangen”.
Langsung saya iyakan.
Saya
tawarkan hari Minggu. Kira-kira mengganggu waktu keluarga atau tidak. Alhamdulillah
disambut positif, hari minggu kelas online.
Saya
kirim bagaimana langkah-langkahnya dan menginfokan kalau ini tidak wajib.
Karena
biasanya masalah zoom adalah di suara, hari itu kami cek suara. Beberapa saja
yang luang, sebelum besok kelas dimulai. Cek sound lancar yeaiii.
Alhamdulillah,
saya salut dengan walimurid yang bersedia mencoba hal baru dan mendukung
program kelas. Saya sangat menghargai usaha beliau.
Minggu,
22 Maret 2020.
Seperti
yang disepakati, jam 09.00 kelas persiapan dimulai lanjut jam 09.30 kelas dibuka.
30 menit awal kami menunggu anak-anak bergabung dan cek sound agar pembelajaran
bisa dua arah.
Lama
tidak bertemu, mereka saling tegur sapa, pencet tombol-tombol yang ada, nyoba
chat, ganti layar, dll. Zoom heboh. Wwkwkkwk..
Kelas
dimulai, saya tanya bagaimana kabarnya? Sholatnya gimana? Mandi sehari berapa
berapa kali? Pertanyaan ringan. Hingga ke tugas dan materi pekan mendatang.
Alhamdulillah
meski kelas tidak lengkap, saya senang sekali. Jumlah yang join kelas, jauh
dari ekspetasi saya. Alhamdulillah. Semua ini berkat kerjasama walimurid yang
luar biasa.
Oke,
ini cerita pekan pertama #dirumahaja versi saya. Teman-teman guru lain
bagaimana? Pasti tak kalah luar biasa. Sharing yuk.
kalau saya menikmati hari selama #stayathome ya biasa aja, malah makin mager. orang-orang pada sibuk bebersih n berjemur, saya mah apa tuh hehe
BalasHapusGimana perasaany mbak, mengajar jarak jauh?
BalasHapusYa allah mbak, seru banget ya bisa jadi wali kelas yang semua siswanya cowok. Mbak zie jadi cantik sendiri laaah dan pasti disayang sama murid-muridnya. Ntar aku juga mau cerita ah gimana saat lockdown di rumah dengan anak-anak
BalasHapusAda virus corona jadi pd libur ya mba. Teus proses blajarnya pd online. Pada kangen2an gk tuh murid cowoknya mba Zie? Hihi
BalasHapussekolah anakku semalam pemgumuman libur diperpanjang mbak. sampai tanggal 21 april. gurunya tetep aktif kasih tugas. kreatifnya tugasnya ada bikin video dan foto kegiatan sehari hari. pengobat rindu anak anak. saya sampai terharu. guru juga sayang anak anak. mbak zie pasti gitu juga. aku jadi sayang sama mbak zie... luv luv luv deh... hehe
BalasHapus