Suku
Tenger dan Gunung Bromo
Arsyad Syahdan Athaillah
Liburan kali ini saya punya keinginan
untuk bepergian ke gunung Bromo. Selain untuk melihat keindahan gunung dan
kawah Bromo, saya ingin menjawab rasa penasaran mengenai keunikan suku tengger.
Selama ini saya hanya mengetahui keunikan suku tengger dari media TV dan
internet. Kali ini ingin rasanya mengetahui secara langsung dan nyata.
Pada hari Rabu, 25-12-2019 adalah saat yang tepat untuk pergi ke Bromo, karena abi sdang libur kerja. Saya kesana ditemani abi, ummi, adik, dan kakak sepupu. Kami berangkat pukul 05.00 WIB dan tiba disana pukul 07.00 WIB. Perjalanan menuju Bromo cukup menegangkan karena jalannya penuh dengan tikungan dan tanjakan.
Setelah sampai di tujuan, kami beristirahat di sekitar pangkalan jeep dan bergegas untuk sarapan pagi. Setelah rasa capek hilang, kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Teletubbies. Disana banyak kuda yang disewakan. Saya dan adik menunggangi kuda mengelilingi Bukit Teletubbies.
Selesai
menunggangi kuda, saya mencoba bertanya kepada bapak pemillik kuda tersebut dan
beliau bersedia untuk saya wawancarai tentang keunikan suku Tengger. Bapak
Mardi namanya usianya menginjak 60 tahun. Kebetulan sekali bapak Mardi orang suku
Tengger asli. Banyak pertanyaan yang saya ajukan kepada beliau, antara lain
mengenai agama, sekolah, mata pencaharian, dan upacara adat suku Tengger
Menurut informasi yang diberikan oleh bapak Mardi bahwa mayoritas penduduk suku
Tengger menganut agama Hindu.
Pakaian yang
mereka kenakan sama dengan kita tetapi ditambahkan kain sarung untuk menyelimuti
badan. Disana sudah tersedia sekolah-sekolah mulai jenjang pendidikan SD hingga
SMA/ SMK sehingga memudahkan untuk menempuh pendidikan. Sebagian besar penduduk
suku Tengger bermata pencaharian sebagai petani sayur seperti sayur wortel,
kentang, kubis, sawi, dll. Jika liburan seperti ini banyak penduduk yang
melakukan pekerjaan sambilan di lokasi gunung Bromo yaitu sebagai sopir jeep,
menyewakan kuda, dan menjual bunga edellweis. Dahulu penduduk mengambil bunga
edellweis dari gunung dan sekarang sudah melakukan budidaya bunga edellweis.
Ketika panen sayur
tiba, penduduk suku Tengger melakukan upacara ritual yang bernama upacara
Kasada. Upacara ini dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur mereka terhadap
hasil bumi yang diperoleh. Upacara ini hanya boleh dipimpin oleh satu orang Dukun
Pandita untuk tiap dusun dan tidak boleh diwakilkan.
Puncak dari
upacara ini yaitu mereka membuang sebagian hasil bumi ke dalam kawah gunung Bromo.
Jika mereka mempunyai nadzar dan kelak terjadi, maka mereka akan melakukan
upacara Kasada dengan berkorban hewan sapi, kambing, atau ayam yang dilemparkan
hidup-hidup ke dalam kawah gunung Bromo. Ada lagi upacara Karo yang dilakukan
ketika hari raya Hindu yaitu berkunjung ke rumah kerabat juga tetangga dan
harus memakan makanan yang telah disediakan oleh tiap-tiap ruma yang
dikunjungi. Itulah wawancara yang telah aku lakukan dengan bapak Mardi. Selesai
wawancara saya banyak mengucapkan terima kasih kepada beliau.
Selesai itu saya dan keluarga
melanjutkan perjalanan menuju kawah puncak gunung Bromo. Kami melewati lautan
pasir terlebih dahulu. Disini yang menurut saya tantangannya paling ekstrim
karena medannya penuh dengan pasir, sangat licin, dan luas sekali. Alhamdulilah
akhirnya kami bisa melewatinya walaupun sering terpeleset dan hampir jatuh.
Sampailah kami di tempat parkir dan kami mulai menuju kawah.
Ternyata disana kudanya lebih banyak lagi daripada di Bukit Teletubbies sampai-sampai ada pangkalan kuda. Kami tidak mau ditawari naik kuda karena ingin menaklukkan gunung Bomo dengan berjalan kaki. Kami berjalan mendaki dengan bersabar menahan panas dan rasa capek. Kemudian kami menaiki 245 anak tangga kecil dan 4 anak tangga panjang. Dan akhirnya sampailah kami di kawah puncak gunung Bromo. Alhamdulillah rasa penasaranku akhirnya terjawab juga. I like adventure...
Ternyata disana kudanya lebih banyak lagi daripada di Bukit Teletubbies sampai-sampai ada pangkalan kuda. Kami tidak mau ditawari naik kuda karena ingin menaklukkan gunung Bomo dengan berjalan kaki. Kami berjalan mendaki dengan bersabar menahan panas dan rasa capek. Kemudian kami menaiki 245 anak tangga kecil dan 4 anak tangga panjang. Dan akhirnya sampailah kami di kawah puncak gunung Bromo. Alhamdulillah rasa penasaranku akhirnya terjawab juga. I like adventure...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya