“Didiklah
Anak-Anakmu sesuai dengan zamannya. Karena mereka hidup bukan di zamanmu.”
Kalimat hebat Ali bin Abi Thalib. Inilah salah satu petuah yang menginspirasi
saya untuk terus belajar menjadi guru.
Bagaimana
tidak? Saya lahir di generai Y atau biasa disebut generasi milenial sedang anak
didik saya adalah generasi Z alias iGeneration alias generasi internet.
Kalau
menurut Cannor Balkley, konsultas khusus Generasi Z dari Amrik, Generasi Y
adalah generasi setengah-setengah. Setengah menikmati era sebelum internet dan
era sesudahnya. Bagi saya bioskop, gmail, dan barang khas 90an masih menarik
untuk dikenang. Sementara generasi Z mereka menganggap netflix, virtual
reality, vlog, games, dan hallain yang berbau internet jauh lebih menarik.
Beberapa
waktu lalu sempat ada larangan penggunaan internet buat anak-anak. Ya internet
bagai dua sisi mata uang, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Sama hal
nya dengan uang, uang bisa menjadi penyebab kejahatan. Namun apakah uang
dilarang?
Mau tak mau memang harus bersiap memasuki masa baru: saat milenial menua dan
generasi Z mulai berkembang. Bentar-bentar saya tidak mau menua wkwkwkw…
Tak
mudah untuk belajar sesuatu yang baru, apalagi terkait IT. Saya bukan yang
kompeten di bidang ini dan kurang suka kalau masalah ginian. But, nothing impossible in the world. Tidak
ada yang tidak mungkin di dunia ini, semua serba mungkin. Tinggal kemauan dan komitmen yang dibarengi
dengan konsisten. Mohon doanya agar diri
ini terus semangat belajar. Apalagi dunia digital bergeliat semakin luas dan
cepat. Itulah mengapa kita harus
mengikuti perkembangan. Karena kalau tidak, kita akan ditinggal oleh
perkembangan itu sendiri. Hari ini kita menguasai satu aplikasi, hari
berikutnya muncul hal yang baru. Kalau boleh menganalogikan sesungguhnya tidak hanya
kemampuan teknisnya saja. Melainkan kesabaran untuk belajar hal yang baru. Lha
tantangan bagi guru adalah bagaimana tetap bisa relevan, tetap bisa
menyampaikan ilmu dan pesan melalui medium yang beragam, tetap bisa mengalirkan
pendidikan kharakter, dan nggak mbosenin. Saya menyebutnya Guru Go Digi! Alias
Guru Go Digital. Untuk mencapai hal ini, beberapa usaha update dan upgrade yang
saya lakukan adalah
1. Belajar
Belajar! Inilah hal pertama dan utama yang saya
lakukan agar bisa beradaptasi dengan perkembangan anak didik. Saya mulai
mencari seminar dan workshop baik online maupun offline. Seperti Microsoft,
Office 365, One Note Class Note Book, Rumah Belajar, Kelas Blogging, Vlog, dan
lainnya.
Awal belajar kagok, beberapa istilah belum saya
pahami sebelumnya. Diawali dengan mencoba aplikasi baru, beli aplikasi, bikin
kelas maya, menyampaikan materi secara online dan offline, serta aplikasi
digital dalam pembelajaran akhirnya mulai terbiasa dengan dunia satu ini. Alhamdulillah seiring waktu mulai percaya diriuntuk berbagi.
menjadi pemateri diseminasi Microsoft |
Berbagi ilmu microsoft ke teman-teman guru |
berbagi |
2. Menjadi Narablog.
Salah satu cara memantaskan diri di era digital
adalah dengan menjadi narablog atau blogger. Blog bagi saya adalah media
berbagi dengan orang lain dan sebagai upaya dalam mendampingi perkembangan
literasi anak didik.
Melalui blog kita bisa mengunggah kegiatan
pembelajaran, karya siswa, dan berbagai pengalaman saat mendidik. Jadi ada
beberapa label yang saya buat khusus untuk kolom siswa.
Sebelumnya saya hanya mengirim naskah anak didik ke
majalah, koran, lomba, dan menerbitkan buku. Sekarang saatnya naskah-naskah itu
memiliki jejak digital. Ternyata kegiatan nge-blog ini dapat memotivasi anak
didik. Mereka mulai memperbaiki tulisan agar saya unggah di blog. Bahkan ada
yang membuat blog sendiri. Ehm.. blog ternyata bisa membuat rasa percaya dirianak
didik meningkat dan mereka mulai berpikir akan nulis apa dan bagaimana caranya
agar tulisan menarik. Kreativitas mulai terbentuk di sini.
Tak hanya itu, dengan menjadi narablog pergaulan
semakin luas. Karena kita bisa berbagi dengan narablog yang lain. Berbagi ilmu
dan inspirasi. Semangat nge-blog.. teachers
go blogging! So.. Bangga dong jadi narablog.
Prestasi menulis anak didik |
buku kedua anak didik |
kolaborasi tulisan bersama anak didik |
kolaborasi tulisan bersama anak didik |
3. Menjadi Youtuber
Tak hanya blog, pemanfaatan dunia digital bisa juga
melalui youtube. Kalau dulu saya hanya mengambil foto anak didik saat unjuk
kebolehan. Sekarang saatnya mengambil video dan mengunggah di youtube.
Jadi kami memiliki kegiatan rutin guru kecil dan
ilmuwan cilik. Dimana anak didik untuk kebolehan di depan teman-temannya. Tiap
Senin guru kecil dan tiap Rabu ilmuwan cilik. Guru kecil itu ngapain? Kegiatan
ini adalah kegiatan berbagi apa saja. Misalnya bercerita, mencoba resep baru,
dan membuat kerajinan. Sedang ilmuwan cilik adalah ajang menjadi ilmuwan. Anak
didik bebas melakukan percobaan di kelas dan dilihat teman satu kelas. Misalnya
membuat gunung Meletus, membuat slime, percobaan electromagnet, dan lainnya.
Kegiatan ini membantu anak didik utuk meningkatkan
percaya diri, kritis dan melatih kemampuan berbicara di depan umum,
mengembangkan kreativitas, bikin ortu senang, dan pastinya bisa nambah contain channel kita hehehe.
4. Bergabung dengan Komunitas
Komunitas benar-benar membantu agar kita bisa terus
mengembangkan kemampuan. Teman-teman satu frekuensi ini adalah amunisi
tersendiri bagi saya. Untuk mengembangkan kemampuan digital saya bergabung di
Microsoft Educator Communit (MEC). MEC ini bisa teman-teman akses melalui
education.microsoft.com secara gratis. Di komunitas ini kita bisa upgrade ilmu dengan mengikuti ujian online. Setelah lulus, kita akan
menerima sertifikat langsung dari Microsoft.
Sertifikat Microsoft.. mohon doanya bisa nambah |
Sertifikat Microsoft.. mohon doanya bisa nambah |
Untuk narablog saya bergabung dengan beberapa
komunitas. Ada Blogger Perempuan, Emak Blogger, Malang Citizen, Blogger FLP,
Blogger Kekinian, dan Ning Blogger Surabaya.
Sedang untuk vloger, ada komunitas Youtube Squad
yang bikin kita semangat bikin dan upload video.
Yesss bukankah sekarang jamannya kolaborasi?
Bagi
saya ide anak didik ini terlalu mahal jika tidak didengarkan dan difasilitasi.
Dengan memanfaatkan teknologi secara positif dan membelajarkan mereka untuk memilah
dan memilih mana yang pas untuk usia mereka semoga mereka paham akan sisi
positif teknologi dan hati-hati ketika menoreh jejak digital.
Jadi,
sudah siap untuk menjadi guru go digi? Siap tidak siap kita harus siap. Karena
anak didik hidup tidak hidup di zaman kita, melainkan di zamannya.
wahh menarik bagian yg ujian online microsoft.. aku baru tahu.... thanks kak...
BalasHapusbisa nyoba..bebas buat siapa saja.. hehe
HapusLuarr biasa zie...mg makin sukses n bermanfaat untuk kbangkitan umat.doakan aq mg sgr bisa mnyusul..
BalasHapusaamiin Ya Robb...doa yang sama ya... :)
Hapusmenginspirasi sekali. dulu waktu saya masih SMA suka banget kalau ada tugas story telling, sekarang udah makin enak karena vlog juga udah mainstream. alhamdulillah gara-gara suka cerita di depan kelas sekarang jadi suka nulis juga hehe
BalasHapusiya.. alhamdulillah.. menulis, membaca, dan bercerita itu saudara dekat hehe
HapusHebat mbak Zie, semoga bisa jadi kepsek supaya bisa mewajibkan guru-guru begini juga
BalasHapusampuuuun.. ndak deh.. aku jadi guru saja hehe
HapusJadi guru juga harus bisa menyesuaikan diri sama zaman, gitu juga sama cara mengajarnya, ya, Mbak. Keren,nih.
BalasHapusiya..biar bisa ngimbangi kemampuan anak-anak hehehe
HapusMungkin ini ya yang disebut Guru Zaman Now...
BalasHapushehhee.. dapat istilagh baru nih..
HapusKalau guru sekarang nggak bisa mengimbangi muridnya, entah gimana lagi deh mbak. Bisa-bisa diremehkan murid.Naudzubillah
BalasHapusiya mb...harus ngikutin perkembangan zaman...
HapusWah, sayangnya saya sudah generasi tua alias generasi X :-D
BalasHapusMbak Yeni mah mantuul.. meski generasi X tetep ngikutin perkembangan zaman
HapusPantas aja muridnya keren, gurunya kayak dirimu saaay..mupeng deh aku..
BalasHapusduh mbak... melayang aku bacanya hehhe
HapusBu guru, nanti anak didiknya menerbitkan bukunya di aku saja ya, keren deh guru dan muridnya
BalasHapuswaaaah.. inbox harga penerbitannya ya Mbak...
HapusPasti ga membosankan ya pelajaran di kelas kalo ada mba zie hehe
BalasHapuskalau bosen.. aku yang sedih hehe
HapusIya nih seru banget juga, dengan itu juga kita bisa menjelaskan efek positif dunia digital kepada anak2 sedari skrg
BalasHapusiya kak.. biar nggak buka yang seharusnya nggak dibuka heheh..
Hapussibuk ma yang positif aja
Semoga Mbak Zie makin sukses dan berkah ilmunya aamiin
BalasHapusaamiin Ya Allah...mksh doanya Mbak
HapusYa ampun Mb Zie semoga kelak guru kayak mb zie ya,melek teknologi 😍 bagus program Guru Go Digi ini
BalasHapusmakasih..
Hapussemoga aku juga makiin melek teknologi y mbak...hehehe...
Kereeeen pake banget. Teruslah berbagi
BalasHapusmakasih
HapusGuru Go Digi itu cocok banget jadi blogger karena sudah pasti menguasai teknologi dan update kabar terbaru.
BalasHapussepakat mbak..
Hapussemangatnya selalu luar biasa, btw baru tahu kalau tergabung di ning blogger surabaya :D kirain yang boleh gabung cuma blogger surabaya
BalasHapusdulu pernah tinggal d sby 2 tahun hehe
HapusAyo mbak jadi guru tamu di sekolahku.
BalasHapusyuuuk..siap
HapusYang bergabung dengan komunitas aku belum tahu mekanismenya kayak gimana
BalasHapuskan udah? Blogger FLP
Hapus