Setelah selesai membuat proyek akhir, tiba saatnya siswa memresentasikan proyek akhir yang telah dibuat. Siswa memresentasikan karya di depan teman, orang tua, dan guru. Juri dari orang tua dan guru.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong siswa dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyat, serta melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
Tema proyek ini sesuai dengan salah satu tema yang disusun dalam satu tahun, bagaimana prosedurnya?
Siswa membawa bahan dari rumah, sedang proses pembuatan dikerjakan di sekolah. Missal ada siswa yang belum selesai, maka karya ditinggal di sekolah dan diteruskan keesokan harinya. Biasanya waktu pengerjaan 2-3 hari. Tidak boleh dikerjakan di rumah. Jadi benar-benar menjaga keaslian karya.
Ada kisah menarik saat saya menjadi wali kelas. Salah satu siswa membuat miniatur taman. Dia suka dengan karya yang dibuatnya. Saya juga berpikir karya itu bagus untuk anak seumuran dia. Ya, kita tidak bias memaksa siswa membuat sesuatu yang wah yang tidak sesuai dengan kemampuannya.
Semua hasil karya harus diapreasiasi dan dihargai. Karena ini adalah proses pembentukan dirinya kelak. Namun, sepertinya ada orang tua kurang suka dan berusaha membatu proses pembuatan. Tiba di hari H presentasi. Salah satu siswa saya dengan semangat meski masih terbata-bata mempresentasikan hasil karyanya. Ada rona bahagia dan puas meski dia sedikit bergetar ketika berbicara di depan kami. Tapi saya merasa ini adalah peningakatan yang luar biasa. Perempuan imut ini terkenal pendiam di kelas. Keberaniannya ketika presentasi di depan kelas adalah kemajuan positif untuknya. \
Di tengah presentasi, orang tua perempuan mungil ini berbicara pada saya kalau putri beliau sudah membuat karya di rumah dan berharap bias memresentasikan karya yang dibuat di rumah itu. Sang ibu mengambilkan karya itu. Lebih bagus memang. Namun sepertinya siswa saya kurang suka dan mencoba menolak. Terlihat dari matanya.
Saya bingung. Mau menyampaikan ke orang tua kalau lebih baik presentasi hasil karya yang dibuat di sekolah kok sungkan. Akhirnya saya biarkan siswa saya presentasi hasil karya yang dibuat di rumah itu. Dengan terbata-bata dia menjelaskan karyanya. Selesai presentasi ada tanya jawab sederhana dari guru dan orang tua. Salah satu orang tua bertanya, “Mbak, bagaimana cara menempel pohonnya?”
Perempuan manis ini tersenyum malu sambil menggelengkan kepalanya. Kami terdiam. “Ibu yang membantu menempel,” jujur sekali jawabannya.
Dari pengalaman ini saya banyak belajar. Belajar agar anak berkembang sesuai dengan usia dan kemampuannya. Sebagai guru saya hanya memancing daya kreatif dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan. Saya tidak bias memaksa apa yang saya suka sedang ia tak suka. Saya juga belajar, anak lebih suka mempresentasikan karyanya sendiri daripada yang dibantu orang lain. Meski mungkin ada sebagian orang menganggap itu karya yang biasa.
Kita harus menghargai setiap karya anak-anak. Proyek akhir ini digagas agar kita sebagai guru dan orang tua tidak hanya berpacu pada hasil akhir. Proses dan orisinalitas lebih penting dari itu. Tiap karya yang dibuat siswa mempunyai cerita sendiri dengan versi mereka sendiri. Dan saya sering takjub dengan presentasi, alasan mereka membuat, dan seluk beluk karyanya. Benar-benar memiliki imajinasi yang tinggi! Berikut foto-foto proyek akhir saat saya (masih) menjadi guru SD Islam As-Salam
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong siswa dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyat, serta melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
Tema proyek ini sesuai dengan salah satu tema yang disusun dalam satu tahun, bagaimana prosedurnya?
Siswa membawa bahan dari rumah, sedang proses pembuatan dikerjakan di sekolah. Missal ada siswa yang belum selesai, maka karya ditinggal di sekolah dan diteruskan keesokan harinya. Biasanya waktu pengerjaan 2-3 hari. Tidak boleh dikerjakan di rumah. Jadi benar-benar menjaga keaslian karya.
Ada kisah menarik saat saya menjadi wali kelas. Salah satu siswa membuat miniatur taman. Dia suka dengan karya yang dibuatnya. Saya juga berpikir karya itu bagus untuk anak seumuran dia. Ya, kita tidak bias memaksa siswa membuat sesuatu yang wah yang tidak sesuai dengan kemampuannya.
Semua hasil karya harus diapreasiasi dan dihargai. Karena ini adalah proses pembentukan dirinya kelak. Namun, sepertinya ada orang tua kurang suka dan berusaha membatu proses pembuatan. Tiba di hari H presentasi. Salah satu siswa saya dengan semangat meski masih terbata-bata mempresentasikan hasil karyanya. Ada rona bahagia dan puas meski dia sedikit bergetar ketika berbicara di depan kami. Tapi saya merasa ini adalah peningakatan yang luar biasa. Perempuan imut ini terkenal pendiam di kelas. Keberaniannya ketika presentasi di depan kelas adalah kemajuan positif untuknya. \
Di tengah presentasi, orang tua perempuan mungil ini berbicara pada saya kalau putri beliau sudah membuat karya di rumah dan berharap bias memresentasikan karya yang dibuat di rumah itu. Sang ibu mengambilkan karya itu. Lebih bagus memang. Namun sepertinya siswa saya kurang suka dan mencoba menolak. Terlihat dari matanya.
Saya bingung. Mau menyampaikan ke orang tua kalau lebih baik presentasi hasil karya yang dibuat di sekolah kok sungkan. Akhirnya saya biarkan siswa saya presentasi hasil karya yang dibuat di rumah itu. Dengan terbata-bata dia menjelaskan karyanya. Selesai presentasi ada tanya jawab sederhana dari guru dan orang tua. Salah satu orang tua bertanya, “Mbak, bagaimana cara menempel pohonnya?”
Perempuan manis ini tersenyum malu sambil menggelengkan kepalanya. Kami terdiam. “Ibu yang membantu menempel,” jujur sekali jawabannya.
Dari pengalaman ini saya banyak belajar. Belajar agar anak berkembang sesuai dengan usia dan kemampuannya. Sebagai guru saya hanya memancing daya kreatif dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan. Saya tidak bias memaksa apa yang saya suka sedang ia tak suka. Saya juga belajar, anak lebih suka mempresentasikan karyanya sendiri daripada yang dibantu orang lain. Meski mungkin ada sebagian orang menganggap itu karya yang biasa.
Kita harus menghargai setiap karya anak-anak. Proyek akhir ini digagas agar kita sebagai guru dan orang tua tidak hanya berpacu pada hasil akhir. Proses dan orisinalitas lebih penting dari itu. Tiap karya yang dibuat siswa mempunyai cerita sendiri dengan versi mereka sendiri. Dan saya sering takjub dengan presentasi, alasan mereka membuat, dan seluk beluk karyanya. Benar-benar memiliki imajinasi yang tinggi! Berikut foto-foto proyek akhir saat saya (masih) menjadi guru SD Islam As-Salam
Ais dengan bis imajinasi
Eca dengan HP untuk memberi makanan burung secara otomatis. bila keluar kota, alat ini sangat membantu sekali. cukup miscall dan dia akan memberi makan burung secara otomatis |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya