Salah
satu kabar gembira ketika menjadi mahasiswa adalah saat mendengar dosen dilantik
menjadi guru besar. Senang, bangga, serta memotivasi saya untuk terus belajar.
Salah satu dosen yang dilantik menjadi guru besar adalah Bapak Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. pengampu mata kuliah Kajian dan Pengembangan Kurikulum SD.
Salah satu dosen yang dilantik menjadi guru besar adalah Bapak Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. pengampu mata kuliah Kajian dan Pengembangan Kurikulum SD.
Saat
itu kami mendapat pidato pengukuhan beliau saat menjadi guru besar.
Setelah membacanya, sayang sekali kalau saya tidak membaginya di blog ini.
Setelah membacanya, sayang sekali kalau saya tidak membaginya di blog ini.
DI
bawah ini hanya rangkuman pidato pengukuhan guru besar. Aslinya lumayan tebal.
Lima hal baru yang perlu diimplementasikan di Sekolah Dasar yang
terdapat dalam pidato pengukuhan “Jika Aku Menjadi Pendesain Pembelajaran
Konstruktivistik” :
1.
Pembelajaran
didesain agar peserta didik mampu memecahkan masalah (problem based learning)
Pembelajaran di Sekolah Dasar harus
memberi ruang bagi peserta didik agar mereka mampu mengolah informasi,
memecahkan masalah, melakukan kolaborasi, dan mandiri. Pengembangan
kemandirian, kemampuan mengolah informasi, dan kemampuan untuk terus
mengembangkan diri sangat diperlukan bagi peserta didik agar dapat mengikuti
perkembangan zaman.
Pembelajaran berbasis masalah
merupakan konsep pembelajaran yang dimulai dengan pemecahan masalah oleh siswa
dengan bekal pengetahuan yang sudah dimilikinya. Ketika siswa diberikan suatu
masalah, otomatis siswa secara aktif dan mandiri akan menyelesaikannya, bahkan
pembelajaran berbasis masalah bisa juga membuat siswa belajar secara kolaborasi
dengan siswa yang lain. Dengan demikian, ketika siswa diajar dengan
pembelajaran berbasisi masalah, pembelajaran akan berpusat kepada siswa, siswa
akan mengkonstruk pengetahuan sendiri, sehingga pembelajaran pun akan lebih
bermakna.
2. Pembelajaran kolaborasi (collaborative learning)
Pembelajaran kolaborasi merupakan
strategi pembelajaran di mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerja
sama dalam kelompok kecil ke arah satu tujuan. Artinya dalam pembelajaran
kolaborasi memfokuskan bagaimana memaksimalkan partisipasi dan keaktifan dalam
belajar, serta bagaimana siswa dapat mengkonstruk sendiri ilmu pengetahuan
untuk menjadi miliknya. Dalam pembelajaran kolaborasi ini, peran guru sebagai
fasilitator, motivator, dan membimbing menemukan alternatif pemecahan bila
terjadi siswa mengaami kesulitan belajar. Dengan demikian, ketika pembelajaran
kolaborasi dilakukan, siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga pembelajaran pun lebih bermakna.
Pengembangan kolaborasi ini dapat
mengembangkan kemampuan menghadapi tantangan, kepemimpinan, dan meresponn
situasi secara adaptif yang sangat diperlukan untuk hidup di masyarakat
industri. Aku menang, kamu menang adalah inti kolaborasi.
3.
Pembelajaran
berpusat pada siswa (student centered)
Perubahan paradigma dalam proses
pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) diharapkan mendorong
siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa
memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya,
sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas
siswa. Peran guru dalam pembelajaran berpusat pada siswa adalah sebagai
fasilitator, yang dalam hal ini guru memfasilitasi proses pembelajaran di
kelas.
Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa
menghasilkan siswa yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri, tidak
bergantung pada pengajar, melainkan mampu bersaing atau berkompetisi dan
memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik. Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, peserta didik
diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang
bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya,
menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun
serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber
yang ditemukannya. Keunggulannya, antara lain :
a.
Siswa akan
dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena diberi
kesempatan yang luas untuk berpartisipasi,
b.
Siswa
memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran,
c.
Tumbuhnya
suasana demokratis dalam pembelajara sehingga akan terjadi dialog dan diskusi
untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa,
d.
Mengaktifkan siswa
4. Belajar
dengan melakukan (learning by doing)
Siswa bukanlah sebuah botol kosong
yang harus selalu dicekoki dengan sejumlah informasi, siswa sudah punya
pengalaman, dengan itu siswa harus lebih banyak diberi kesempatan, tantangan
untuk menerapkan, mempraktikkan konsep atau teori yang sudah diperoleh. Sesuai
dengan pendapat Confucius (Kong Hu Cu) bahwasanya “Apa yang saya dengar, saya
lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya kerjakan, saja pahami”.
Hal ini menunjukkan bahwa ketika siswa belajar dengan melakukan (learning by doing) siswa akan lebih
paham dan pembelajaran lebih bermakna. Begitu pula dengan daya ingat (retensi)
siswa, ketika hanya mendengarkan hanya 5% daya ingat yang dimiliki siswa,
berbeda ketika dengan melakukan, daya ingat siswa sampai 75%.
Lingkungan merupakan sumber belajar
yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat
yang menyenangkan bagi anak-anak. Jika pada saat belajar di kelas anak
diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak
akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi.. Memanfaatkan
lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan
menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajr tidak hanya
terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini
lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta
intelektual.
5. Penilaian
portofolio
Penilaian portofolio merupakan
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dari perjalanan satu ke
perjalanan selanjutnya secara terus menerus dalam satu periode tertentu. Dengan
demikian, ketika seorang guru melakukan penilaian portofolio, guru dapat
memperoleh dokumentasi (rekam jejak) prestasi siswa secara akurat. Selain itu
juga, penilaian portofolio juga bisa dijadikan informasi bagaimana cara siswa
belajar, sehingga siswa dapat memperbaikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya